tempe
ada bermacam-macam tempe yang saya jual dari harga 2000 sampai dengan 5000 dengan harga yang paling murah di lingkungan jabodetabek
toge
harga termurah, dan dijamin bagus
mie basah
bisa pesan sekarang juga langsung dari pembuatnya
mie ayam
para pedagang mie ayam sekarang sudah tidak repot-repot lagi membikin mie sendiri cukum dengan membeli produk kami.
dan kami menyediakan bumbu-bumbu untuk mengolah mie ayam jadi enak dan lezaat. bagi pemula yang mau coba bikin usaha mie, kami siap membantu anda
Total Tayangan Halaman
Kamis, 10 November 2011
Sabtu, 18 Desember 2010
KEHIDUPAN MANUSIA TIDAK SELAMANYA AKAN KALAH
Pasar malam dibuka di sebuah kota. Penduduk menyambutnya dengan gembira. Berbagai macam permainan, stand makanan dan pertunjukan diadakan. Salah satu yang paling istimewa adalah atraksi manusia kuat.
Begitu banyak orang setiap malam menyaksikan unjuk kekuatan otot manusia kuat ini. Manusia kuat ini mampu melengkungkan baja tebal hanya dengan tangan telanjang. Tinjunya dapat menghancurkan batu bata tebal hingga berkeping-keping.
Ia mengalahkan semua pria di kota itu dalam lomba panco. Namun setiap kali menutup pertunjukkannya ia hanya memeras sebuah jeruk dengan genggamannya. Ia memeras jeruk tersebut hingga ke tetes terakhir.
'Hingga tetes terakhir', pikirnya.
Manusia kuat lalu menantang para penonton: "Hadiah yang besar kami sediakan kepada barang siapa yang bisa memeras hingga keluar satu tetes saja air jeruk dari buah jeruk ini!"
Kemudian naiklah seorang lelaki, seorang yang atletis, ke atas panggung. Tangannya kekar. Ia memeras dan memeras... dan menekan sisa jeruk... tapi tak setetespun air jeruk keluar. Sepertinya seluruh isi jeruk itu sudah terperas habis. Ia gagal.
Beberapa pria kuat lainnya turut mencoba, tapi tak ada yang berhasil. Manusia kuat itu tersenyum-senyum sambil berkata : "Aku berikan satu kesempatan terakhir, siapa yang mau mencoba?"
Seorang wanita kurus setengah baya mengacungkan tangan dan meminta agar ia boleh mencoba. "Tentu saja boleh nyonya. Mari naik ke panggung." Walau dibayangi kegelian di hatinya, manusia kuat itu membimbing wanita itu naik ke atas pentas. Beberapa orang tergelak-gelak mengolok-olok wanita itu. Pria kuat lainnya saja gagal meneteskan setetes air dari potongan jeruk itu apalagi ibu kurus tua ini. Itulah yang ada di pikiran penonton.
Wanita itu lalu mengambil jeruk dan menggenggamnya. Semakin banyak penonton yang menertawakannya. Lalu wanita itu mencoba memegang sisa jeruk itu dengan penuh konsentrasi. Ia memegang sebelah pinggirnya, mengarahkan ampas jeruk ke arah tengah, demikian terus ia ulangi dengan sisi jeruk yang lain. Ia terus menekan serta memijit jeruk itu, hingga akhirnya memeras... dan "ting!" setetes air jeruk muncul terperas dan jatuh di atas meja panggung.
Penonton terdiam terperangah. Lalu cemoohan segera berubah menjadi tepuk tangan riuh.
Manusia kuat lalu memeluk wanita kurus itu, katanya, "Nyonya, aku sudah melakukan pertunjukkan semacam ini ratusan kali. Dan, banyak orang pernah mencobanya agar bisa membawa pulang hadiah uang yang aku tawarkan, tapi mereka semua gagal. Hanya Anda satu-satunya yang berhasil memenangkan hadiah itu.
Boleh aku tahu, bagaimana Anda bisa melakukan hal itu?"
"Begini," jawab wanita itu, "Aku adalah seorang janda yang ditinggal mati suamiku. Aku harus bekerja keras untuk mencari nafkah bagi hidup kelima anakku.
Jika engkau memiliki tanggungan beban seperti itu, engkau akan mengetahui bahwa selalu ada tetesan air walau itu di padang gurun sekalipun. Engkau juga akan
mengetahui jalan untuk menemukan tetesan itu. Jika hanya memeras setetes air jeruk dari ampas yang engkau buat, bukanlah hal yang sulit bagiku. Selalu ada tetesan setelah tetesan terakhir. Aku telah ratusan kali mengalami jalan buntu untuk semua masalah serta kebutuhan yang keluargaku perlukan. Namun hingga saat ini aku selalu menerima tetes berkat untuk hidup keluargaku. Aku percaya Tuhanku hidup dan aku percaya tetesan berkat-Nya tidak pernah kering, walau mata jasmaniku melihat semuanya telah kering. Aku punya alasan untuk menerima jalan keluar dari masalahku. Saat aku mencari, aku menerimanya karena ada pribadi yang mengasihiku.”
Bila Anda memiliki alasan yang cukup kuat, Anda akan menemukan jalannya, demikian kata seorang bijak. Seringkali kita tak kuat melakukan sesuatu karena tak memiliki alasan yang cukup kuat untuk menerima hal tersebut.
Begitu banyak orang setiap malam menyaksikan unjuk kekuatan otot manusia kuat ini. Manusia kuat ini mampu melengkungkan baja tebal hanya dengan tangan telanjang. Tinjunya dapat menghancurkan batu bata tebal hingga berkeping-keping.
Ia mengalahkan semua pria di kota itu dalam lomba panco. Namun setiap kali menutup pertunjukkannya ia hanya memeras sebuah jeruk dengan genggamannya. Ia memeras jeruk tersebut hingga ke tetes terakhir.
'Hingga tetes terakhir', pikirnya.
Manusia kuat lalu menantang para penonton: "Hadiah yang besar kami sediakan kepada barang siapa yang bisa memeras hingga keluar satu tetes saja air jeruk dari buah jeruk ini!"
Kemudian naiklah seorang lelaki, seorang yang atletis, ke atas panggung. Tangannya kekar. Ia memeras dan memeras... dan menekan sisa jeruk... tapi tak setetespun air jeruk keluar. Sepertinya seluruh isi jeruk itu sudah terperas habis. Ia gagal.
Beberapa pria kuat lainnya turut mencoba, tapi tak ada yang berhasil. Manusia kuat itu tersenyum-senyum sambil berkata : "Aku berikan satu kesempatan terakhir, siapa yang mau mencoba?"
Seorang wanita kurus setengah baya mengacungkan tangan dan meminta agar ia boleh mencoba. "Tentu saja boleh nyonya. Mari naik ke panggung." Walau dibayangi kegelian di hatinya, manusia kuat itu membimbing wanita itu naik ke atas pentas. Beberapa orang tergelak-gelak mengolok-olok wanita itu. Pria kuat lainnya saja gagal meneteskan setetes air dari potongan jeruk itu apalagi ibu kurus tua ini. Itulah yang ada di pikiran penonton.
Wanita itu lalu mengambil jeruk dan menggenggamnya. Semakin banyak penonton yang menertawakannya. Lalu wanita itu mencoba memegang sisa jeruk itu dengan penuh konsentrasi. Ia memegang sebelah pinggirnya, mengarahkan ampas jeruk ke arah tengah, demikian terus ia ulangi dengan sisi jeruk yang lain. Ia terus menekan serta memijit jeruk itu, hingga akhirnya memeras... dan "ting!" setetes air jeruk muncul terperas dan jatuh di atas meja panggung.
Penonton terdiam terperangah. Lalu cemoohan segera berubah menjadi tepuk tangan riuh.
Manusia kuat lalu memeluk wanita kurus itu, katanya, "Nyonya, aku sudah melakukan pertunjukkan semacam ini ratusan kali. Dan, banyak orang pernah mencobanya agar bisa membawa pulang hadiah uang yang aku tawarkan, tapi mereka semua gagal. Hanya Anda satu-satunya yang berhasil memenangkan hadiah itu.
Boleh aku tahu, bagaimana Anda bisa melakukan hal itu?"
"Begini," jawab wanita itu, "Aku adalah seorang janda yang ditinggal mati suamiku. Aku harus bekerja keras untuk mencari nafkah bagi hidup kelima anakku.
Jika engkau memiliki tanggungan beban seperti itu, engkau akan mengetahui bahwa selalu ada tetesan air walau itu di padang gurun sekalipun. Engkau juga akan
mengetahui jalan untuk menemukan tetesan itu. Jika hanya memeras setetes air jeruk dari ampas yang engkau buat, bukanlah hal yang sulit bagiku. Selalu ada tetesan setelah tetesan terakhir. Aku telah ratusan kali mengalami jalan buntu untuk semua masalah serta kebutuhan yang keluargaku perlukan. Namun hingga saat ini aku selalu menerima tetes berkat untuk hidup keluargaku. Aku percaya Tuhanku hidup dan aku percaya tetesan berkat-Nya tidak pernah kering, walau mata jasmaniku melihat semuanya telah kering. Aku punya alasan untuk menerima jalan keluar dari masalahku. Saat aku mencari, aku menerimanya karena ada pribadi yang mengasihiku.”
Bila Anda memiliki alasan yang cukup kuat, Anda akan menemukan jalannya, demikian kata seorang bijak. Seringkali kita tak kuat melakukan sesuatu karena tak memiliki alasan yang cukup kuat untuk menerima hal tersebut.
Senin, 29 November 2010
ternyata umur kita merupakan arti hidup kita
” Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan ” [16:97]
Sahabat Indonesia yang dimuliakan Allah SWT, terfikirkah oleh kita kapan kira-kira hidup kita berakhir ? besok ? lusa ? bulan depan ? tahun depan ? atau kapan ?, kalau sekiranya hari ini adalah akhir hayat kita, amal prestatif apa yang akan kita tinggalkan untuk Generasi kita kelak ? atau amal prestatif apa yang dapat kita andalkan agar kita sukses di masa kita dibangkitkan kembali kelak ?, untuk menjawab ini coba kita belajar dengan perilaku LEBAH berikut ini :
Pada suatu pagi yang cerah, di antara rindangnya pepohonan, tampak seekor burung elang sedang bermalas-malasan. Is beristirahat di dalam sebuah pohon yang berdaun cukup lebat. Selama beberapa hari, burung elang berulang kali hinggap di dalam pohon yang sama. Sebab, ia merasa tertarik mengamati kegiatan segerombolan lebah yang terlihat sibuk bekerja bersama-sama, membuat sarang yang berjuntai di dahan sebatang pohon.
Si elang tampak memperhatikan seekor lebah yang sebentar terbang hinggap di antara bunga-bunga hutan yang mekar, menghisap sari madunya, dan terbang kembali ke dalam memberikan sari madu ke sarangnya. Begitu seterusnya. Burung elang yang terus memperhatikan kelakuan lebah menjadi penasaran. Ia pun dengan tidak sabar menegur seekor lebah yang sedang terbang di dekatnya, “hai lebah kecil, kamu sibuk terbang dari satu bunga ke tempat sarangmu, memangnya apa yang sedang kamu kerjakan?”
Lebah pun menjawab, “aku dan kawan-kawan sedang membuat sarang”
Untuk apa kalian repot membuat sarang sebesar itu? Umur lebah kan sangat pendek. Sudahlah tidak perlu susah-susah bekerja, santai-santai saja dan nikmati kehidupanmu yang singkat itu,” ujar burung elang mencoba menasehati si lebah.
Mendengar nasihat itu, si lebah justru menjawab, “umurku memang tak sepanjang umurmu burung elang. Tapi, justru karena pendeknya waktu yang aku punya, aku tidak boleh menyia-nyiakannya. Aku harus bekerja giat dan rajin agar sarang kami bisa selesai sesingkat umur kami.”
“tapi untuk apa sarangmu harus diselesaikan cepat-cepat? Toh, kanu nanti segera mati, dan kalau mati, kamu pun tidak bisa menikmati sarang yang telah kamu buat dengan susah payah.” Tanya elang yang belum puas dengan jawaban si lebah.
“ha ha ha, tuan elang yang gagah dan berumur panjang, kasihan sekali cara berpikirmu. Justru umur kami yang sangat singkat inilah harus kami hargai dengan sungguh-sungguh. Kami memang makhluk kecil dan berumur pendek. Tetapi kami bangga dan bahagia karena bisa berarti bagi makhluk lain, yaitu dengan memberi semua hasil kerja keras yang telah kami lakukan seumur hidup kami. Itulah arti keberadaan kami,” ucap lebah kecil sambil terbang berlalu, tak mau menyia-nyiakan waktunya berbincang dengan elang.
Mendengar jawaban dan penjelasan lebah kecil, si burung elang terdiam tidak mampu berkata-kata lagi dengan kesombongan yang di banggakannya. Ternyata di balik penampilan makhluk yang kecil dan berumur pendek, kehidupan lebah itu pun memiliki arti tersendiri. Mereka bisa memanfaatkan waktu semaksimal mungkin untuk berbuat yang terbaik di masa hidupnya.
Sahabat, tahukah kita betapa kecilnya titik madu dan tepung sari yang dihasilkan oleh seekor lebah dengan sebegitu payahnya hinggap dari bunga satu ke bunga yang lain ? namun karena kerjasama yang baik sekelompok lebah itu serta kerja keras tanpa kenal lelah maka terbangunlah sarang yang berisikan madu dengan jumlah yang cukup banyak, lalu untuk apa dan siapa titik-titik madu dan sarang yang dihasilkannya itu ? apakah untuk dirinya sendiri ? ternyata hanya sedikit untuk dirinya dan keturunannya, bahkan yang paling banyak menikmati hasil kerja lebah tersebut adalah makhluk lain yang bukan golongan lebah, makhluk lain itu tidak lain adalah kita !!!
Sahabat, tidakkah kita sangat mampu meniru cara kerja lebah ? oleh itu jangan pernah malu dan meremehkan hal yang sedikit atau yang tersisa yang ada ditangan kita, jika yang sedikit yang tersisa ditangan kita itu kita sinergikan maka program atau proyek sebesar apapun akan mampu kita realisasikan dan akan menjadi Lahan Amal Sholeh yang akan dinikmati dan diambil manfaatnya oleh sekian banyak Generasi kita, maka sisa umur kita ini akan menjadi lebih berarti.
Sahabat Indonesia yang dimuliakan Allah SWT, terfikirkah oleh kita kapan kira-kira hidup kita berakhir ? besok ? lusa ? bulan depan ? tahun depan ? atau kapan ?, kalau sekiranya hari ini adalah akhir hayat kita, amal prestatif apa yang akan kita tinggalkan untuk Generasi kita kelak ? atau amal prestatif apa yang dapat kita andalkan agar kita sukses di masa kita dibangkitkan kembali kelak ?, untuk menjawab ini coba kita belajar dengan perilaku LEBAH berikut ini :
Pada suatu pagi yang cerah, di antara rindangnya pepohonan, tampak seekor burung elang sedang bermalas-malasan. Is beristirahat di dalam sebuah pohon yang berdaun cukup lebat. Selama beberapa hari, burung elang berulang kali hinggap di dalam pohon yang sama. Sebab, ia merasa tertarik mengamati kegiatan segerombolan lebah yang terlihat sibuk bekerja bersama-sama, membuat sarang yang berjuntai di dahan sebatang pohon.
Si elang tampak memperhatikan seekor lebah yang sebentar terbang hinggap di antara bunga-bunga hutan yang mekar, menghisap sari madunya, dan terbang kembali ke dalam memberikan sari madu ke sarangnya. Begitu seterusnya. Burung elang yang terus memperhatikan kelakuan lebah menjadi penasaran. Ia pun dengan tidak sabar menegur seekor lebah yang sedang terbang di dekatnya, “hai lebah kecil, kamu sibuk terbang dari satu bunga ke tempat sarangmu, memangnya apa yang sedang kamu kerjakan?”
Lebah pun menjawab, “aku dan kawan-kawan sedang membuat sarang”
Untuk apa kalian repot membuat sarang sebesar itu? Umur lebah kan sangat pendek. Sudahlah tidak perlu susah-susah bekerja, santai-santai saja dan nikmati kehidupanmu yang singkat itu,” ujar burung elang mencoba menasehati si lebah.
Mendengar nasihat itu, si lebah justru menjawab, “umurku memang tak sepanjang umurmu burung elang. Tapi, justru karena pendeknya waktu yang aku punya, aku tidak boleh menyia-nyiakannya. Aku harus bekerja giat dan rajin agar sarang kami bisa selesai sesingkat umur kami.”
“tapi untuk apa sarangmu harus diselesaikan cepat-cepat? Toh, kanu nanti segera mati, dan kalau mati, kamu pun tidak bisa menikmati sarang yang telah kamu buat dengan susah payah.” Tanya elang yang belum puas dengan jawaban si lebah.
“ha ha ha, tuan elang yang gagah dan berumur panjang, kasihan sekali cara berpikirmu. Justru umur kami yang sangat singkat inilah harus kami hargai dengan sungguh-sungguh. Kami memang makhluk kecil dan berumur pendek. Tetapi kami bangga dan bahagia karena bisa berarti bagi makhluk lain, yaitu dengan memberi semua hasil kerja keras yang telah kami lakukan seumur hidup kami. Itulah arti keberadaan kami,” ucap lebah kecil sambil terbang berlalu, tak mau menyia-nyiakan waktunya berbincang dengan elang.
Mendengar jawaban dan penjelasan lebah kecil, si burung elang terdiam tidak mampu berkata-kata lagi dengan kesombongan yang di banggakannya. Ternyata di balik penampilan makhluk yang kecil dan berumur pendek, kehidupan lebah itu pun memiliki arti tersendiri. Mereka bisa memanfaatkan waktu semaksimal mungkin untuk berbuat yang terbaik di masa hidupnya.
Sahabat, tahukah kita betapa kecilnya titik madu dan tepung sari yang dihasilkan oleh seekor lebah dengan sebegitu payahnya hinggap dari bunga satu ke bunga yang lain ? namun karena kerjasama yang baik sekelompok lebah itu serta kerja keras tanpa kenal lelah maka terbangunlah sarang yang berisikan madu dengan jumlah yang cukup banyak, lalu untuk apa dan siapa titik-titik madu dan sarang yang dihasilkannya itu ? apakah untuk dirinya sendiri ? ternyata hanya sedikit untuk dirinya dan keturunannya, bahkan yang paling banyak menikmati hasil kerja lebah tersebut adalah makhluk lain yang bukan golongan lebah, makhluk lain itu tidak lain adalah kita !!!
Sahabat, tidakkah kita sangat mampu meniru cara kerja lebah ? oleh itu jangan pernah malu dan meremehkan hal yang sedikit atau yang tersisa yang ada ditangan kita, jika yang sedikit yang tersisa ditangan kita itu kita sinergikan maka program atau proyek sebesar apapun akan mampu kita realisasikan dan akan menjadi Lahan Amal Sholeh yang akan dinikmati dan diambil manfaatnya oleh sekian banyak Generasi kita, maka sisa umur kita ini akan menjadi lebih berarti.
Kamis, 25 November 2010
Mengapa anak-anak itu begitu cerianya dengan hidup yang serba terbatas itu? Asal hari itu ketemu sesuap dua suap nasi dengan lauk apa adanya mereka sudah sangat bersyukur dan bergembira.
Tapi sebagian orang yang memiliki kekayaan yang melimpah malah selalu gelisah karena Selalu memikirkan kekayaannya itu, bagaimana mengamankannya, bagaimana mengembangkannya, bagaimana nanti mewariskannya dan segudang pemikiran terkuras untuk kekayaan-kekayaannya itu.
Padahal Allah SWT menunggu Pinjaman dan Ivestasi kita dengan janji yang pasti akan mengembalikannya dengan kembalian yang berlipat-lipat.
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.”. (QS. Al-Baqarah: 245)
---------------
Dikisahkan, ada seorang tukang sepatu. Meskipun kehidupannya sangat sederhana, tetapi dia tampak hidup santai dan bahagia. Ia mempunyai hobi menyanyi. Mulai dari pagi saat mandi, siang hari waktu bekerja, maupun malam hari, tak henti-hentinya dia menyanyi dengan riang dan gembira. Sementara, di sebelah rumahnya, tinggal seorang tuan tanah yang kaya raya. Meskipun dia memiliki banyak harta, tetapi hidupnya tidak bahagia, dia selalu merasa ketakutan orang mencuri hartanya. Karena ketakutannya itu, ketika malam tiba, dia sering tidak tertidur lelap.
Tiap pagi, dia mendengar suara menyanyi si tukang sepatu. Dia pun menjadi iri dan sedikit jengkel. “mengapa tukang sepatu bisa sebahagia itu, sedangkan aku mau tidur pun sulit. Alangkah baiknya kalau tidur bisa seperti makanan dan minuman, bisa di beli dengan uang, maka aku akan membayar berapapun untuk dapat tidur dengan nyenyak.”
Pada suatu hari, tuan tanah mengundang si tujang sepatu ke rumahnya, “ sobat, sebagai tukang sepatu, berapa pendapatanmu dalam sebulan?”
Tukang sepatu tersenyum menjawab, “ sebulan? Pendapatanku setiap hari saja tidak menentu, kadang ada kadang tidak. Setiap hari asal bisa makan sesuap nasi, aku sudah senang dan bersyukur.”
Penasaran si tuan tanah lanjut bertanya, “kalau begitu, bagaimana kamu bisa sebahagia itu?”
“asalkan setiap hari aku bisa makan, aku sudah puas. Aku tidak banyak berpikir, maka aku tidak perlu merasa susah,” jawab tukang sepatu.
Mendengar penuturan apa adanya dari tukang sepatu, si tuan tanah merasa tersentuh. Ia merasa mendapat pencerahan. Karena itu, ia pun menghadiahi si tukang sepatu dengan uang emas. “aku merasa mendapat sesuatu dengan apa yang menjadi pandangan hidupmu. Sebagai wujud rasa terima kasihku, ini aku hadiahi satu tael emas, simpanlah baik-baik, mungkin kelak engkau memerlukannya.” Kata tuan tanah seraya memberikan tael emas kepada si tukang sepatu.
Seumur hidup, belum pernah si tukang sepatu melihat uang sebanyak itu. Bahkan meskipun bekerja keras sampai mati pun, ia takkan bisa menabung uang sebanyak itu. Maka dia pun sangat berterima kasih, dan dengan gembira pulang ke rumahnya,
Sampai di rumah, ia menyimpan uang itu di tempat yang teraman menurut dirinya. Sejak saat itu, keceriaanya mendadak lenyap. Dia tidak pernah menyanyi lagi, selalu merasa ketakutan bila orang akan mencuri uangnya. Dia juga selalu mencurigai orang yang mendekatinya dan berpikir, jangan-janagn orang itu mau mengambil hartanya. Maka dia pun tidak lagi bisa tidur dengan nyenyak.
Setelah beberapa lama, tekanan batinnya mulai menjadi-jadi. Keceriaanya yang dulu, hilang sama sekali. Akhirnya, karena tidak tahan lagi, dia berlari ke rumah si tuan tanah. “sobat, tolong kembalikan nyanyian dan kebahagiaanku. Ambillah kembali uangmu.”
Setelah mengembalikan uang tael emas itu, si tukang sepatu pun bisa terlepas dari semua beban. Maka, ia pun bisa menyanyi lagi dengan riang gembira dan tidur lelap di malam hari.
Sahabat......, kehidupan para Yatim dan Dhu'afa baik yang masih dalam naungan keluarga ataupun yang hidup di Panti-Panti Sosail, Pesantren dan Rumah Yatim tidaklah sama dengan kehidupan para keluarga normal yang hidup berkecukupan, Bagi Keluarga Yatim dan Dhu'afa yang penting bagi mereka hari ini ada beras yang bisa dimasak, mereka bisa dan terbiasa makan dengan kerupuk saja atau lauk ikan asin saja, atau dengan sambal dan sayur saja adalah cukup bagi mereka.
Dalam salah satu hadis Qudsi, Allah SWT berfirman, “Wahai manusia! Kekayann-Ku tidak akan pernah habis selamanya. Semakin banyak engkau berinfaq, sebanyak itu pula aku akan memberi rizki padamu. Seberapa pula tingkat kekirinmu sekadar itu pula Aku menahan rizkimu”.
Tapi sebagian orang yang memiliki kekayaan yang melimpah malah selalu gelisah karena Selalu memikirkan kekayaannya itu, bagaimana mengamankannya, bagaimana mengembangkannya, bagaimana nanti mewariskannya dan segudang pemikiran terkuras untuk kekayaan-kekayaannya itu.
Padahal Allah SWT menunggu Pinjaman dan Ivestasi kita dengan janji yang pasti akan mengembalikannya dengan kembalian yang berlipat-lipat.
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.”. (QS. Al-Baqarah: 245)
---------------
Dikisahkan, ada seorang tukang sepatu. Meskipun kehidupannya sangat sederhana, tetapi dia tampak hidup santai dan bahagia. Ia mempunyai hobi menyanyi. Mulai dari pagi saat mandi, siang hari waktu bekerja, maupun malam hari, tak henti-hentinya dia menyanyi dengan riang dan gembira. Sementara, di sebelah rumahnya, tinggal seorang tuan tanah yang kaya raya. Meskipun dia memiliki banyak harta, tetapi hidupnya tidak bahagia, dia selalu merasa ketakutan orang mencuri hartanya. Karena ketakutannya itu, ketika malam tiba, dia sering tidak tertidur lelap.
Tiap pagi, dia mendengar suara menyanyi si tukang sepatu. Dia pun menjadi iri dan sedikit jengkel. “mengapa tukang sepatu bisa sebahagia itu, sedangkan aku mau tidur pun sulit. Alangkah baiknya kalau tidur bisa seperti makanan dan minuman, bisa di beli dengan uang, maka aku akan membayar berapapun untuk dapat tidur dengan nyenyak.”
Pada suatu hari, tuan tanah mengundang si tujang sepatu ke rumahnya, “ sobat, sebagai tukang sepatu, berapa pendapatanmu dalam sebulan?”
Tukang sepatu tersenyum menjawab, “ sebulan? Pendapatanku setiap hari saja tidak menentu, kadang ada kadang tidak. Setiap hari asal bisa makan sesuap nasi, aku sudah senang dan bersyukur.”
Penasaran si tuan tanah lanjut bertanya, “kalau begitu, bagaimana kamu bisa sebahagia itu?”
“asalkan setiap hari aku bisa makan, aku sudah puas. Aku tidak banyak berpikir, maka aku tidak perlu merasa susah,” jawab tukang sepatu.
Mendengar penuturan apa adanya dari tukang sepatu, si tuan tanah merasa tersentuh. Ia merasa mendapat pencerahan. Karena itu, ia pun menghadiahi si tukang sepatu dengan uang emas. “aku merasa mendapat sesuatu dengan apa yang menjadi pandangan hidupmu. Sebagai wujud rasa terima kasihku, ini aku hadiahi satu tael emas, simpanlah baik-baik, mungkin kelak engkau memerlukannya.” Kata tuan tanah seraya memberikan tael emas kepada si tukang sepatu.
Seumur hidup, belum pernah si tukang sepatu melihat uang sebanyak itu. Bahkan meskipun bekerja keras sampai mati pun, ia takkan bisa menabung uang sebanyak itu. Maka dia pun sangat berterima kasih, dan dengan gembira pulang ke rumahnya,
Sampai di rumah, ia menyimpan uang itu di tempat yang teraman menurut dirinya. Sejak saat itu, keceriaanya mendadak lenyap. Dia tidak pernah menyanyi lagi, selalu merasa ketakutan bila orang akan mencuri uangnya. Dia juga selalu mencurigai orang yang mendekatinya dan berpikir, jangan-janagn orang itu mau mengambil hartanya. Maka dia pun tidak lagi bisa tidur dengan nyenyak.
Setelah beberapa lama, tekanan batinnya mulai menjadi-jadi. Keceriaanya yang dulu, hilang sama sekali. Akhirnya, karena tidak tahan lagi, dia berlari ke rumah si tuan tanah. “sobat, tolong kembalikan nyanyian dan kebahagiaanku. Ambillah kembali uangmu.”
Setelah mengembalikan uang tael emas itu, si tukang sepatu pun bisa terlepas dari semua beban. Maka, ia pun bisa menyanyi lagi dengan riang gembira dan tidur lelap di malam hari.
Sahabat......, kehidupan para Yatim dan Dhu'afa baik yang masih dalam naungan keluarga ataupun yang hidup di Panti-Panti Sosail, Pesantren dan Rumah Yatim tidaklah sama dengan kehidupan para keluarga normal yang hidup berkecukupan, Bagi Keluarga Yatim dan Dhu'afa yang penting bagi mereka hari ini ada beras yang bisa dimasak, mereka bisa dan terbiasa makan dengan kerupuk saja atau lauk ikan asin saja, atau dengan sambal dan sayur saja adalah cukup bagi mereka.
Dalam salah satu hadis Qudsi, Allah SWT berfirman, “Wahai manusia! Kekayann-Ku tidak akan pernah habis selamanya. Semakin banyak engkau berinfaq, sebanyak itu pula aku akan memberi rizki padamu. Seberapa pula tingkat kekirinmu sekadar itu pula Aku menahan rizkimu”.
LIMA PERKARA
Assalamu'alaikum
Rosululloh Bersabda : " Pergunakanlah lima kesempatan sebelum datang lima lainnya; Mudamu sebelum tuamu, Sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum fakirmu, luangmu sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu' ( H.R Al-Hakim & Al-baihaqi )
Berapa yang sehat tenang-tenang terhadap kematian
didatangi maut secara dadakan, setelah kelalaian
Dia tidak berkutik, ketika kematian datang tiba-tiba
melarikan diri atau mencegahnya dengan kekuatannya
lalu wanita-wanita bertutup kain hitam meratapinya
sedang yang berdo'a tidak didengar, meski suara ditinggikan
dia tambah dekat dari liang yang jadi peristirahatannya
dia berpisah dengan apa yang kemarin masih bersama
kematian tidak melepaskan sang kaya karena hartanya
dan tidak mengabaikan yang tak punya lagi membutuhkan.
Saudaraku,
kamu sekarang masih bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh saudaramu yang sudah menjadi penghuni kubur, karena itu pergunakanlah kesehatan dan waktu luangmu sebelum hari yang sangat menakutkan dan hari hisab.
Wassalamu'alaikum
Rosululloh Bersabda : " Pergunakanlah lima kesempatan sebelum datang lima lainnya; Mudamu sebelum tuamu, Sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum fakirmu, luangmu sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu' ( H.R Al-Hakim & Al-baihaqi )
Berapa yang sehat tenang-tenang terhadap kematian
didatangi maut secara dadakan, setelah kelalaian
Dia tidak berkutik, ketika kematian datang tiba-tiba
melarikan diri atau mencegahnya dengan kekuatannya
lalu wanita-wanita bertutup kain hitam meratapinya
sedang yang berdo'a tidak didengar, meski suara ditinggikan
dia tambah dekat dari liang yang jadi peristirahatannya
dia berpisah dengan apa yang kemarin masih bersama
kematian tidak melepaskan sang kaya karena hartanya
dan tidak mengabaikan yang tak punya lagi membutuhkan.
Saudaraku,
kamu sekarang masih bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh saudaramu yang sudah menjadi penghuni kubur, karena itu pergunakanlah kesehatan dan waktu luangmu sebelum hari yang sangat menakutkan dan hari hisab.
Wassalamu'alaikum
Rabu, 24 November 2010
contoh perlaku anak kepada orang tua
Dahulu kala, ada sebuah pohon apel besar. Seorang anak kecil suka datang dan bermain-main setiap hari. Dia senang naik ke atas pohon, makan apel, tidur sejenak di bawah bayang-bayang pohon apel ... Ia mencintai pohon apel iu dan pohon itu senang bermain dengan dia. Waktu berlalu .......
Anak kecil itu sudah dewasa dan dia berhari-hari tidak lagi bermain di sekitar pohon. Suatu hari anak itu datang kembali ke pohon dan ia tampak sedih. "Ayo bermain dengan saya," pinta pohon apel itu.
" Aku bukan lagi seorang anak, saya tidak bermain di sekitar pohon lag" "Anak itu menjawab,
" Aku ingin mainan. Aku butuh uang untuk membelinya".
" Maaf, tapi saya tidak punya uang ..... tapi Anda bisa mengambil buah apel saya dan menjualnya. Maka Anda akan punya uang "Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua apel di pohon dan pergi dengan gembira. Anak itu tidak pernah kembali setelah ia mengambil buah apel. Pohon itu sedih.
Suatu hari anak itu kembali dan pohon itu sangat senang.
"Ayo bermain-main dengan saya" kata pohon apel.
"Saya tidak punya waktu untuk bermain. Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Dapatkah Anda membantu saya?"
"Maaf tapi aku tidak punya rumah. Tetapi Anda dapat memotong cabang-cabang saya untuk membangun rumahmu."
Lalu, anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting dari pohon dan pergi dengan gembira. Pohon itu senang melihatnya bahagia, tapi anak itu tidak pernah kembali sejak saat itu.
Pohon itu kesepian dan sedih. Suatu hari di musim panas, anak itu kembali dan pohon itu begitu gembira.
"Ayo bermain-main dengan saya!" kata pohon.
"Saya sangat sedih dan mulai tua. Saya ingin pergi berlayar untuk bersantai dengan diriku sendiri. Dapatkah kau memberiku perahu?" ... "Gunakan batang pohonku untuk membangun perahu. Anda dapat berlayar jauh dan menjadi bahagia."
Lalu anak itu memotong batang pohon untuk membuat perahu. Dia pergi berlayar dan tak pernah muncul untuk waktu yang sangat panjang.
Akhirnya, anak itu kembali setelah ia pergi selama bertahun-tahun.
"Maaf, anakku, tapi aku tidak punya apa-apa untuk Anda lagi. Tidak ada lagi apel untuk ananda. ..." kata pohon.
" Saya tidak punya gigi untuk menggigit "jawab anak itu.
" Tidak ada lagi batang bagi Anda untuk memanjat" .
"Saya terlalu tua untuk itu sekarang" kata anak itu.
"Saya benar-benar tak bisa memberikan apa-apa ..... satu-satunya yang tersisa adalah akar sekarat" kata pohon apel dengan air mata.
"Aku tidak membutuhkan banyak sekarang, hanya sebuah tempat untuk beristirahat. Saya lelah setelah sekian tahun." Anak itu menjawab.
"Bagus! Akar Pohon Tua adalah tempat terbaik untuk bersandar dan beristirahat di situ."
"Ayo, ayo duduk bersama saya dan istirahat"
Anak itu duduk dan pohon itu sangat gembira dan tersenyum dengan air mata.
..........................
Ini adalah cerita untuk semua orang. Pohon adalah orang tua kita. Ketika kita masih muda, kita senang bermain dengan Ibu dan Ayah ... Ketika kita tumbuh dewasa, kita meninggalkan mereka ... hanya datang kepada mereka ketika kita memerlukan sesuatu atau ketika kita berada dalam kesulitan. Tidak peduli apa pun, orang tua akan selalu berada di sana dan memberikan segala sesuatu yang mereka bisa untuk membuat Anda bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak laki-laki itu kejam kepada pohon tapi itu adalah bagaimana kita semua memperlakukan orang tua kita.
Anak kecil itu sudah dewasa dan dia berhari-hari tidak lagi bermain di sekitar pohon. Suatu hari anak itu datang kembali ke pohon dan ia tampak sedih. "Ayo bermain dengan saya," pinta pohon apel itu.
" Aku bukan lagi seorang anak, saya tidak bermain di sekitar pohon lag" "Anak itu menjawab,
" Aku ingin mainan. Aku butuh uang untuk membelinya".
" Maaf, tapi saya tidak punya uang ..... tapi Anda bisa mengambil buah apel saya dan menjualnya. Maka Anda akan punya uang "Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua apel di pohon dan pergi dengan gembira. Anak itu tidak pernah kembali setelah ia mengambil buah apel. Pohon itu sedih.
Suatu hari anak itu kembali dan pohon itu sangat senang.
"Ayo bermain-main dengan saya" kata pohon apel.
"Saya tidak punya waktu untuk bermain. Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Dapatkah Anda membantu saya?"
"Maaf tapi aku tidak punya rumah. Tetapi Anda dapat memotong cabang-cabang saya untuk membangun rumahmu."
Lalu, anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting dari pohon dan pergi dengan gembira. Pohon itu senang melihatnya bahagia, tapi anak itu tidak pernah kembali sejak saat itu.
Pohon itu kesepian dan sedih. Suatu hari di musim panas, anak itu kembali dan pohon itu begitu gembira.
"Ayo bermain-main dengan saya!" kata pohon.
"Saya sangat sedih dan mulai tua. Saya ingin pergi berlayar untuk bersantai dengan diriku sendiri. Dapatkah kau memberiku perahu?" ... "Gunakan batang pohonku untuk membangun perahu. Anda dapat berlayar jauh dan menjadi bahagia."
Lalu anak itu memotong batang pohon untuk membuat perahu. Dia pergi berlayar dan tak pernah muncul untuk waktu yang sangat panjang.
Akhirnya, anak itu kembali setelah ia pergi selama bertahun-tahun.
"Maaf, anakku, tapi aku tidak punya apa-apa untuk Anda lagi. Tidak ada lagi apel untuk ananda. ..." kata pohon.
" Saya tidak punya gigi untuk menggigit "jawab anak itu.
" Tidak ada lagi batang bagi Anda untuk memanjat" .
"Saya terlalu tua untuk itu sekarang" kata anak itu.
"Saya benar-benar tak bisa memberikan apa-apa ..... satu-satunya yang tersisa adalah akar sekarat" kata pohon apel dengan air mata.
"Aku tidak membutuhkan banyak sekarang, hanya sebuah tempat untuk beristirahat. Saya lelah setelah sekian tahun." Anak itu menjawab.
"Bagus! Akar Pohon Tua adalah tempat terbaik untuk bersandar dan beristirahat di situ."
"Ayo, ayo duduk bersama saya dan istirahat"
Anak itu duduk dan pohon itu sangat gembira dan tersenyum dengan air mata.
..........................
Ini adalah cerita untuk semua orang. Pohon adalah orang tua kita. Ketika kita masih muda, kita senang bermain dengan Ibu dan Ayah ... Ketika kita tumbuh dewasa, kita meninggalkan mereka ... hanya datang kepada mereka ketika kita memerlukan sesuatu atau ketika kita berada dalam kesulitan. Tidak peduli apa pun, orang tua akan selalu berada di sana dan memberikan segala sesuatu yang mereka bisa untuk membuat Anda bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak laki-laki itu kejam kepada pohon tapi itu adalah bagaimana kita semua memperlakukan orang tua kita.
Langganan:
Postingan (Atom)